Opini : Muh Adnan
Musim hujan tiba,kecemasan pun mulai datang. Cemas apakah bencana banjir sudah dapat diatasi dengan melihat dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Namun, pada faktanya, bencana banjir terus berulang, bahkan setiap tahunnya lebih parah.
Bisa dikatakan seluruh pelosok Bombana sangat akrab dengan bencana banjir. Akan tetapi, dari tahun ke tahun kita terus saja dipertontonkan situasi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih saja terbata bata mengambil tindakan ketika banjir melanda.
Dampak kerugian dari banjir baik itu material maupun non material selalu mencapai angka yang fantastis ketika itu di umumkan oleh BPBD.
Ironis memang, hujan yang seharusnya menjadi sahabat dan membawa berkah justru menjadi dalang dari musibah. Pemangku kebijakan yang bersentuhan langsung dengan bencana banjir selalu kaget dan kelabakan. Selalu kaget jika banjir melanda Padahal, sebetulnya bencana banjir dapat di minimalisir berdasarkan fakta dari tahun tahun sebelumnya.
Banjir ini bukan bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika rutin membuat prakiraan cuaca mengenai kapan hujan terjadi, di mana terjadi, dan dengan intensitas seperti apa.( https://www.bmkg.go.id,).
Namun pada faktanya banjir yang terus berulang di Bombana mencerminkan ketidakberdayaan BPBD mengantisipasi banjir. Mereka seakan seakan pasrah menghadapinya.
Tahun ini, BMKG memprediksi peningkatan curah hujan yang akan berpotensi meningkatkan peluang banjir akan berlangsung dari bulan ini hingga Maret . Sayangnya, sekalipun sudah jelas, langkah-langkah yang diambil pemerintah di berbagai level cenderung tidak sepenuh tenaga.
Ini berarti, masyarakat di daerah rawan banjir sudah mulai waswas.
Seperti biasa, banjir akan selalu menghadirkan kesulitan dan kepedihan bagi warga yang terkena banjir dikarenakan wilayah permukiman mereka berubah menjadi kolam raksasa.
Sangat wajar kiranya jika penanggulangan banjir diharapkan lebih pro aktif dan efektif. Tidak hanya diperlukan koordinasi di tingkat pelaksanaan, tapi juga di tingkat perencanaan kebijakan. Warga tentu ingin agar musibah itu tak separah seperti yang sudah-sudah.
Namun, keseriusan pemerintah daerah dalam hal ini BPBD, belum tampak untuk meminimalkan dampak dari potensi terjadinya banjir.Kasus banjir yang terjadi kemarin di wilayah seputaran ibukota harusnya jadi pelajaran penting buat pemangku kebijakan.
Kondisi ini tidak bisa dipungkiri akan menyebabkan Ibu Kota kabupaten ini akan kembali diterjang banjir. Efeknya tentu tidak hanya bagi warga, tapi juga mengganggu wajah perekonomian kabupaten Bombana. Tak hanya karena Rumbia sebagai ibu kota, tapi juga karena Bombana ialah pusat kegiatan di seluruh aspek kehidupan.
Untuk itulah, jika upaya preventif dan Proaktif belum optimal, tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, termasuk juga tanah longsor dan angin puting beliung. Relokasi warga yang masih tinggal di daerah rawan bencana.
Pemerintah daerah pun harus terus-menerus menyosialisasikan dan memberikan pengertian kepada warga agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan mereka. Begitu pula warga, mereka tak boleh lagi apatis terhadap ancaman bencana lingkungan. Peran terkecil seperti mengurangi dan membuang sampah pada tempatnya pantang diabaikan.
Laporan : Muis
Komentar