Akibat Hujan Deras, 7 Kecamatan dan 13 Desa di Kabupaten Kolaka Terendam Banjir

Peristiwa130 Dilihat

KOLAKA – Intensitas curah hujan tinggi yang mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Kolaka sejak Selasa subuh, 4 Juli 2023. Mengakibatkan 7 Kecamatan dan 13 Desa terendam banjir bandang sejak pukul 05.00 Wita.

Berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kolaka, 7 Kecamatan yang terdampak banjir yaitu Kecamatan Wolo, Kolaka, Wundulako, Tanggetada, Polinggona, Watubangga dan Kecamatan Baula.

Dari 7 Kecamatan terdapat 13 desa ikut terendam. Kecamatan Wolo terdampak banjir yakni, Desa Laonggopi, Kelurahan Tunduolo. Sedangkan di Kecamatan Kolaka, daerah terdampak yakni di Kelurahan Sabilambo. Ketinggian banjir mencapai paha orang dewasa.

Wilayah lainnya, Kecamatan Wundulako daerah terdampak yakni Kelurahan 19 November, Kecamatan Baula, daerah terdampak berada di Desa Oko-oko. Lalu Desa di Kecamatan Watubangga ikut terdampak. Diantaranya, Desa Lamedai, Wolulu, Kukutio, Matausu, Ranoteta, Peoho dan Sumber Rejeki.

Data yang berhasil dihimpun. Paling parah, banjir terjadi di Kecamatan Polinggona. Banjir mencapai sekitar dada orang dewasa. Salah satu lokasi paling parah yakni, pesantren Baitul Arqam, hingga Selasa pagi (4/7) banjir hampir mencapai 2 meter.

Kepala BPBD Kolaka Akbar mengatakan, saat ini warga belum ada yang mengungsi. Mereka menunggu air surut sambil membersihkan rumah. Terkait jumlah rumah dan keluarga terdampak pihaknya belum bisa memastikan.

“Diperkirakan ada ratusan rumah terendam banjir. Namun, sampai saat ini kami masih mengumpulkan data di setiap kelurahan,” ujar Akbar, dihubungi via telepon seluler, Selasa (3/7/2023) siang.

Namun diperkirakan, ratusan rumah terendam banjir. Tinggi rendaman banjir, bervariasi mulai dari setinggi lutut orang dewasa hingga sekitar 2 meter lebih.

Saat ini, kondisi paling parah yaitu di wilayah Kecamatan Polinggona. Banjir di Kelurahan Polinggona kecamatan tersebut, merendam rumah dan pemukiman hingga mencapai 2 meter

“Kondisi di Kelurahan Polinggona, paling terisolir dari Desa lainnya. Disana, litrik mati akibat hujan deras dan banjir. Selain itu, komunikasi sangat sulit dijangkau melalui saluran telepon,” kata Akbar.

Kepala BPBD Kolaka enggan berkomentar mengenai penyebab dugaan berkurangnya wilayah serapan air di sejumlah pesisir sungai. Meskipun demikian, pihaknya BPBD mengakui, ada sejumlah penyempitan aliran sungai yang melintas pada sejumlah kecamatan.

Salah satunya di akibatkan oleh kebun sawit di Kecamatan Polinggona, Kecamatan Watubangga dan Tanggetada. Perusahaan sawit itu dimiliki oleh PT Damai Jaya Lestari PT (DJl). Lokasi perkebunan berada di sekitar aliran sungai.

Rahmad Hidayat, salah seorang warga di Watubangga menyatakan, wilayah Desa terdampak, berada di sekitar daerah aliran sungai. Sehingga, air cepat meluap dan masuk ke pemukiman.

“Banjir merendam bervariasi, mulai dari setinggi lutut hingga dada orang dewasa,” ungkap Rahmad Hidayat.

Bukan hanya rumah dan pemukiman warga. Kata Rahmat, jembatan di wilayah Kecamatan Watubangga putus. Jembatan ini, menghubungkan Desa Kastura dan Desa Matausu.

“Jembatan menghubungkan Desa Kastura dan Desa Matausu putus, jembatan itu dibangun sejak 10 tahun lalu, saat ini tidak bisa digunakan sama sekali,” pungkasnya.

 

Laporan : Renaldy

Komentar