BUTON UTARA – Ketua Konsorsium Pemerhati Korupsi Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Rusdianto mengendus adanya dugaan pemotongan insentof para tenaga kesehatan (Nakes) di Puskesmas Waodeburi.
Menurut Rusdianto, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan bantuan berupa insentif upaya kesehatan masyarakat (UKM) bagi seluruh Puskesmas di Indonesia.
Bantuan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik itu, lanjut Rusdianto, merupakan menu tambahan pada bantuan operasional kesehatan (BOK) yang selama ini diterima.
Dimana hal tersebut diatur khusus dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 19 tahun 2022 tentang perubahan atas PMK nomor 2 tahun 2022 yang mengatur juknis DAK non fisik tahun 2022.
“Yang terjadi hari ini di PKM Waodeburi insentifnya para nakes diduga dibayarkan tidak sesuai dengan juknis. Seharusnya nakes menerima insentif sebesar Rp1.250.000 akan tetapi mereka hanya menerima Rp300.000 sampai Rp400.000. Oleh karena itu, mereka sangat dirugikan dan keberatan,” kata Rusdianto, Junat (6/1/2023).
Lanjut Rusdianto, pemberian insentif tersebut diharapkan dapat memacu nakes untuk meningkatkan cakupan kegiatan UKM yang tujuannya adalah untuk peningkatan kualitas pelayanan dan pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) di masyarakat.
“Bagaimana para nakes mau kerja maksimal kalau insentif mereka diduga dipotong. Pimpinam di Puskesmas tidak boleh bermain-main dengan dana insentif, karena dana ini bukan dana atau uang pribadi, ini merupakan uang negara jadi harus sesuai prosedur jangan asal-asalan disalurkan,” ujarnya.
Di tempat terpisah, salah satu pegiat anti korupsi, Arzal menuturkan, jika sangat menyayangkan apa yang terjadi di Puskesmas Waodeburi terhadap nakesnya.
“Sangat berani melakukan pemotongan dana insentif tersebut meski ada perintah dari atasannya agar dibayarkan sesuai juknis,” tuturnya.
Arzal menambahkan, jika sejumlah nakes yang keberatan akan pemotongan dana insentif tersebut bakal dikeluarkan.
“Akan tetapi, yang terjadi hari ini tidak semua hanya beberapa saja yang dikeluarkan dari absen. Di sini besar kami menduga ada permaian, dan ini sangat aneh. Kami pegang semua bukti-buktinya,” ungkap Arzal.
Hingga berita ini ditayangkan, awak media ini belum dapat mengkonfirmasi Kepala Puskesmas Waodeburi terkait persoalan tersebut, nomor telepon selulernya yang dihubungi tidak aktif.
Laporan: Safrudin Darma
Komentar