Karya Sutradara Bertalenta Ditayangkan Dalam Festival Film dan Foto Wakatobi 2022

Budaya99 Dilihat

WAKATOBI – Empat film pendek dan satu web series karya sutradara anak bangsa bertalenta ditayangkan dalam Festival Film dan Foto Wakatobi 2022.

Dari empat film yang diputar tersebut beberapa diantaranya bahkan pernah meraih juara dalam lomba daerah dan nasional.

Seperti penayangan film pertama “Santiago Oputa Yi Koo” yang menjadi pemenang dalam lomba kegiatan Napak Tilas Oputa Yi Koo di HUT ke-58 Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sementara di film kedua, “Mustari Mencari Aksara” karya sutradara asal Kabupaten Wakatobi, Muis Bojest juga meraih juara dua pada Festival Film Edukasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Film ketiga, “Kurang Piknik” karya rumah produksi Studio Kurang Piknik asal Kota Baubau dan keempat, “Adaption” karya sineas asal Kota Makassar bernama Andreuw Parinussa.

Selain keempat film pendek itu, satu episode web series berjudul “Sekdes Kehilangan Kambing”, produksi Saritando Official, channel konten kreator youtube asal Kabupaten Konawe, Afriansyah juga diputar dalam Festival Film dan Foto Wakatobi 2022.

Saat ditemui awak media, sutradara film pendek Santiago Oputa Yi Koo, Alan bercerita tentang awal mula dirinya menggarap film bertemakan petualangan di Kabupaten Buton ini.

Ia menjelaskan, film Santiago Oputa Yi Koo lahir dari adanya keresahan terhadap masyarakat di daerah yang menutup sejarah yang seharusnya dibuka.

“Yang saya angkat di film ini adalah perjuangan sejarawannya. Bagaimana sejarawan berjuang untuk menjadikan Oputa Yi Koo ini sebagai seorang pahlawan,” jelas Alan kepada awak media, Selasa (15/11/2022).

Santiago Oputa Yi Koo adalah film pendek berdurasi 25 menit yang menceritakan tentang seorang sejarawan bernama La Jon yang melakukan riset terhadap Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, atau yang biasa disebut Oputa Yi Koo. Namun hal tersebut ditutupi oleh warga karena merupakan rahasia bagi orang Buton.

La Jon pun berusaha mendapatkan informasi tersebut dengan melalui berbagai rintangan yang mengantarkannya hingga ke dalam hutan Gunung Siontapina.

Sementara itu, sutradara film Mustari Mencari Aksara, Muis Bojest mengungkapkan, film pendek berdurasi 25 itu menceritakan tentang buta aksara di Suku Bajo, Kabupaten Wakatobi.

“Saat itu tujuan saya ingin mengedukasi khususnya Suku Bajo, bahwa pendidikan itu penting untuk zaman seperti sekarang ini,” ungkap Bojest.

Bojest berharap, acara seperti ini dapat terus diselenggarakan, guna mendukung karya anak daerah dan melalui film yang dibuat dapat menarik minat para wisatawan berkunjung di Sultra khususnya Wakatobi.

“Sineas-sineas Wakatobi itu otodidak semua, tidak ada yang jebolan dari akademisi film. Jadi harapan kita di festival ini jangan sampai disini. Apalagi Wakatobi sudah ditetapkan sebagai kota kreatif bidang subsektor film animasi dan video, ya harapan kami kegiatan ini intens,” harap Bojest.

Laporan : To

Komentar