Hasil Investigasi Lapangan EXplor Anoa Oheo, Jetty PT BSJ Diduga Penyebab Menurunnya Hasil Serong Nelayan

Daerah, Konawe Utara230 Dilihat

KONAWE UTARA – Nelayan di Kabupaten Konawe Utara (Konut), kehilangan mata pencaharian diduga akibat pembangunan pelabuhan perusahaan tambang PT Bumi Sentosa Jaya ( BSJ ).

Untuk diketahui, terminal khusus tersebut dibangun di pesisir Desa Boedingi, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konut, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pasalnya, pelabuhan khusus bongkar muat material biji nikel ini diduga mencemari laut, sehingga ikan tak lagi mendekati alat tangkap (Serong) yang dipasang nelayan. Salah satunya nelayan bernama Hatta.

Padahal, sejak 2017 dirinya memasang bagang atau serong di tempat tersebut, dia bisa menangkap satu ton ikan setiap satu bulan. Hasil tangkapan ini selanjutnya dijual sehingga meraup keuntungan belasan hingga puluhan juta setiap bulannya, bahkan, bagang sudah dibangun orang tua Hatta sejak tahun 2000 silam.

Tak sampai di situ, perusahaan juga sudah memasang bendera tanda akan meneruskan pembangunan jetty hingga menerobos tempat penangkaran ikan nelayan. Kini Hatta pun hanya bisa pasrah meratapi nasib, sambil berharap ketukan hati dari perusahaan untuk menghidupi keluarganya.

Direktur Eksekutif Explor Anoa Oheo, Ashari, saat melakukan investigasi lapangan pada Kamis kemarin (8/9/2022) menemukan fakta-fakta di lapangan dan menyaksikan langsung di lokasi bahwa disana memang ada serong Puto Hatta serta aktifitas pembangunan jety dan tempat stokfile ore.

“Saya cek dan periksa tiang kayu serongnya sudah mulai lapuk menandakan memang sudah sejak lama serong itu di bangun. Kalau jety PT BSJ itu baru dibangun karena setahu saya BSJ dulu pengapalan masih pakai milik perusahaan tetangga,” kata Ashari, Sabtu (10/9/2022).

BACA JUGA :  Polemik Ruas Jalan Puusuli-Mandiodo, Wakil Ketua DPRD Konut : Perusahaan Wajib Tuntaskan Hak Warga Pemilik Lahan

Ashari, yang juga sebagai Dewan Kehormatan pengurus Himpunan Pengusaha Tolaki Indonesia ( HIPTI KONUT) geram dengan alasan-alasan perusahaan termasuk statemen kades Boedingi yang mengskreditkan keberadaan pak Hatta.

“Serong pak Hatta masih berdiri di lahan konservasi. Di katakan pihak perusahaan sengaja dia perluas, mana mungkin itu terjadi sementara serong itu sudah tidak berpenghasilan. Ini bukan soal alat tangkapnya, tapi lahan nya pak Hatta yang sudah tercemar limbah tambang. Justru yang terjadi dilapangan pihak BSJ lah yang bergerak melakukan penimbunan terus menerus bergerak jalan sampai mendekati titik serong tersebut,” bebernya.

Sebagai pejabat tertinggi di Desa sebaiknya Kades Boedingi mengayomi masyarakat, bukan sebaliknya berada atau membela perusahaan. Lanjut Ashari, masyarakat Konut adalah warga kita semua, orang sama dan bersaudara.

“Kasihan pak Hatta dikatakan bukan asli Boedingi padahal saudara Bajo kita juga, seolah menghakimi padahal juga tau bahwa usaha serong pak Hatta itu ada sejak dulu,” ujarnya.

Ashari melihat, jalan duduk bersama lebih baik. Sebaiknya Kades Boedingi menjembatani antara pihak-pihak supaya jelas tugasnya sebagai pengayom masyarakat.

“Bukan lalu membisik pak Hatta menakut-nakuti bahwa perusahaan PT. BSJ itu kuat, banyak uang, punya pangkat. Maksud nya apa?,” ucapnya dengan nada kesal.

BACA JUGA :  Soal Polemik di Ruas Jalan Kabupaten Puusuli-Mandiodo, Dishub Konut Sebut Perusahaan Salah Alamat Laporkan Warga ke APH

“Saya semakin tertantang melawan bentuk kesewenangan PT BSJ. Iya, katanya punya pangkat, informasinya kuat sampai muncul istilah TB 1. Saya tidak mengerti istilah apa yang mereka maksud itu, setahu saya mungkin TB 1 itu nama salah satu tagboat yang punya kekuatan menarik tongkang bermuatan berton-ton material Ore. Ya jelas kuat lah,” imbuhnya.

Melihat persoalan tersebut, Ashari meminta secara tegas Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Dinas Perhubungan termasuk Dinas Perikanan dan Kelautan Konut untuk tegas melindungi masyarakatnya.

“Tinjau tersus PT BSJ yang kami nilai banyak keganjalan terkait kelayakan RTRW, pertimbangan tehnis, kepelabuhanan, dan yang lebih urgen izin lingkungannya,” katanya.

“Yang katanya PT BSJ ini raksasa ( bonafit ) tapi hal sekecil untuk rakyat saja di sepelehkan. Kami ada keraguan persoalan ini tidak pernah sampai ke pimpinan perusahaan. Besar keyakinan kami bapak Leonardo Thedra selaku Dirut PT BSJ tidak mengetahui masalah itu, melainkan ada permainan di staf di tingkat bawah yang melawan rakyat jelata. Entah mereka pahlawan untuk mencari muka atau sesuatu yang bisa menjatuhkan nama besar perusahaan,” tutupnya.

Hingga berita ini ditayangkan, awak media ini belum dapat mengkonfirmasi perwakilan pihak perusahaan terkait persoalan tersebut.

Komentar