KENDARI – Informasi kesehatan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi, tengah menjadi buah bibir dan dipertanyakan khalak publik.
Hal tersebut kian ramai diperbincangkan usai beredarnya informasi Gubernur Sultra, Ali Mazi sakit parah dan tak berkantor selama seminggu.
Menapik kabar miring tersebut, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sultra, Ridwan Badallah menyampaikan bahwa Gubernur Sultra Ali Mazi dalam kondisi sehat walafiat.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, aktifitas perkantoran dilaksanakan di Aula Merah Putih Rumah Jabatan Gubernur, kecuali jika ada kegiatan yang sangat penting, barulah dilakukan di kantor gubernur atau di tempat lain.
“Bapak Gubernur menjalankan pemerintahan dari rumah jabatan. Itu sejak pandemi melanda. Saya kira kita semua sudah tahu dan paham tentang itu,” kata Ridwan Badallah, Sabtu, 16 Juli 2022).
Ridwan meminta kepada media agar tidak suka membuat pemberitaan yang sensasional serta menciptakan desas-desus sehingga menimbulkan keriuhan tidak perlu di tengah masyarakat.
Ditegaskan, pemberitaan yang mengedepankan sensasional cenderung melanggar kode etik jurnalistik. Dia mencontohkan, salah satu media online yang mengangkat pemberitaan perihal kondisi kesehatan Gubernur, diduga kuat hanya hendak mencari sensasi.
“Dalam kaidah jurnalistik, berita tanpa narasumber yang jelas sesungguhnya bukan berita. Itu hanya rumor atau desas desus yang tidak bisa dipertangungjawabkan,” tegasnya.
Petunjuk yang nyata bahwa media tersebut sekadar menciptakan rumor adalah narasumber dalam pemberitaannya tidak jelas alias anonim.
Menurutnya, narasumber yang bersifat anonim harus dihindari demi menghadirkan berita yang akuntabel dan bertanggungjawab.
“Dalam berita itu disebutkan narasumbernya adalah seorang kepala dinas. Kepala dinas yang mana? Kalau memang hendak menghadirkan berita yang jelas, sebutkan siapa nama kepala dinas yang dimaksud,” jelas Ridwan.
Kadis Kominfo melanjutkan, narasumber berikut yang dikutip media tersebut adalah petugas. Namun tidak juga disebutkan identitas jelas mengenai petugas dimaksud, agar pembaca benar-benar yakin mengenai kredibilitas informasi itu.
“Kita semua bisa membuat berita seperti itu dengan hanya mengutip narasumber anonim,” tegasnya.
Oleh karena itu, dia meminta agar media massa mengedepankan praktik jurnalistik yang baik dan sehat. Menghindari pemberitaan sensasional demi sekadar mengejar rating belaka. Kejelasan narasumber adalah salah satu jaminan kredibilitas sebuah berita.
“Sebuah media dihormati dan dihargai hanya karena menjaga kredibiltasnya melalui pemberitaan yang mereka buat,” pungkasnya.
Laporan : Hamit