Pemkan Konsel Siapakan Strategi Cegah Stunting Sejak Dini

KONAWE SELATAN – Meningkatkan pemahaman orang tua terhadap nutrisi dan gizi anak menjadi salah satu perhatian utama dalam upaya menekan angka stunting. Sehingga, diperlukan edukasi bagi calon pasangan sebelum melangsungkan pernikahan.

Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) yang menyiapkan upaya strategis menangani permasalahan ini.

Bupati Konsel, H. Surunuddin Dangga mengatakan mengatasi persoalan stunting dibutuhkan peran banyak pihak untuk berkolaborasi. Tak bisa hanya satu pihak yang bekerja.

Masalah stunting juga tidak hanya mengatasi persoalan gizi. Namun juga harus dilakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena dengan kesejahteraan yang meningkat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan gizinya.

“Kasus stunting harus sejak dini ditangani, tak hanya satu instansi tapi lintas sektoral. Maksimalkan pencegahan. Seluruh pihak terkait berkolaborasi, dan saling bahu membahu,” ungkapnya.

Intervensi penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting. Diantaranya asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.

BACA JUGA :  Usai Cuti Kampanye, Pekan Depan Ruksamin Kembali Aktif Menjadi Bupati Konut

Sementara intervensi gizi sensitif, strategi atau program yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar bidang kesehatan. Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan.
Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak. Serta peningkatan akses pangan bergizi.

Hal senada ditambahkan Wakil Bupati Konsel, Rasyid menjelaskan pencegahan stunting, dilakukan sejak dini, bahkan sebelum pernikahan. Peningkatan kualitas pasangan pengantin diharapkan mampu meningkatkan kualitas pemenuhan gizi dalam rumah tangga.

“Olehnya itu, guna menekan angka stunting di Konawe Selatan, Pemerintah Kabupaten akan mengoptimalkan pendampingan dimulai sejak pranikah, menikah, kemudian ketika hamil, dan setelah melahirkan,” ujarnya, Senin, 14 Februari 2022.

BACA JUGA :  Polemik Ruas Jalan Puusuli-Mandiodo, Wakil Ketua DPRD Konut : Perusahaan Wajib Tuntaskan Hak Warga Pemilik Lahan

Menurutnya, stunting tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja, harus terintegrasi lintas OPD terkait, mengintervensi dari hulu hingga hilir. Data dari Kementerian Agama, sepanjang 2021 ada 2000 pasangan menikah.

Artinya dengan angka ini, ada kemungkinan terjadinya stunting, untuk mencegah itu, dilakukan intervensi bersama-sama.

Lebih lanjut, Rasyid mengungkapkan, ada kecenderungan, pasangan yang akan menikah hanya memfokuskan persiapan formal. Seperti menyiapkan persyaratan di Kantor Urusan Agama (KUA), pemeriksaan kesehatan, dan keperluan perayaan. Padahal edukasi pranikah merupakan hal penting.

“Edukasi pranikah dapat memberi wawasan untuk calon pasangan, sehingga calon orang tua memahami persiapan apa saja yang dibutuhkan ketika istri hamil. Memperhatikan PHBS dan gizi,” terangnya.

Laporan: Ken

Komentar