KENDARI – Kabupaten Konawe Utara (Konut) merupakan daerah langganan banjir di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Hal itu dapat dilihat pada Juni 2020 lalu, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konut, sebanyak 19 desa dari enam kecamatan dilanda banjir sepanjang banjir bulan Juni. Sebanyak 3.741 warga terkena dampak banjir ini dan beberapa di antaranya terpaksa mengungsi di tempat aman.
Dikutip dari CNNindonesi, banjir paling parah melanda daerah Konut terjadi pada Juni 2019 lalu. Data BNPB menyebutkan, sebanyak 3 kelurahan, dan 38 desa di enam kecamatan terendam banjir. Sebanyak 185 rumah warga hanyut, 1.235 rumah terendam banjir, dan 5.111 jiwa dari 1.420 kepala keluarga harus mengungsi.
Banjir turut merusak lahan padi seluas 970,3 hektare, kebun jagung seluas 83,5 hektare, dan lahan lainnya seluas 11 hektare. Banjir pun berdampak pada tambak perikanan seluas 420 hektare.
Belajar dari kejadian tahun lalu, Bupati Konawe Utara, Ruksamin sudah mempersiapkan lebih dini, pasalnya sejak tanggal 2 Januari 2021 pihaknya sudah melakukan upacara kesiap siagaan.
“Bencana banjir terbesar yang ada di Sultra yaitu di Konut namun sekarang Konut yang berada di level pertama untuk mempersiapkan diri lebih awal. Jadi mulai awal tahun kita sudah siap siaga terhadap dengan bencana apapun, sehingga pada saat bencana alam kemarin pada saat banjir kita semua teratasi,” ucap orang nomor satu di Konut itu, Senin (1/11/2021).
Ia juga mengatakan banjir bandang di Konut tidak sepenuhnya diakibatkan oleh banyaknya aktivitas pertambangan. Selain itu sebanyak 3 kali bencana alam di Kabupaten Konawe Utara bisa diatasi tanpa ada korban jiwa, juga termaksud bencana non alam yaitu covid-19.
“Kalau ada pengaruhnya tambang dengan banjir di Konut pasti akan terjawab di acara Rakor pada 2 November 2021, namun untuk penyebab terjadi banjir di konut saya tidak dapat memastikan bahwa itu dampak dari pertambangan,” tutupnya.
Laporan: Renaldy