Petaka Dibalik Investasi PT OSS, Impor Debu Batu Bara di Motui

Metro187 Dilihat

Konasaranews.com, Konut,- Kehadiran perusahaan pemurnian nikel PT. Obsidian Stenlees Stell (OSS) di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara tak hanya memberikan dampak positif dalam peningkatkan ekonomi warga.

Dibalik itu, dampak negatif mulai bermunculan. Salah satunya, persoalan lingkungan yang kini mulai dirasakan “manfaatnya” oleh warga Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara.

Pabrik PT OSS yang dibatasi dengan teluk Motui dengan jarak puluhan meter dari pemukiman warga kerap “mengimpor” kepulan debu, hingga menghitamkan seluruh rumah penduduk diwilayah Kecamatan Motui.

Mulai Lantai, kaca hingga atap warga kini telah menghitam akibat debu yang diproduksi batu bara diduga milik PT OSS.

 

 

“Pemukiman kami berdampingan PT. OSS. Jarak rumah warga sangat dekat. Debu batu bara membuat kami kesulitan mendapatkan udara segar. Udara sejuk sudah sulit kami dapatkan,”kesal Tokoh Pemuda Kecamatan Motui, Ruslin.

Pencemaran udara yang dilakukan oleh PT OSS perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah dan perusahaan. Bila dibiarkan berlarut-larut, akan menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang berakibat pada penyumbatan pernapasan.

Ruslin menjelaskan sejak pabrik pemurnian (smelter) beroperasi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Pasokan energi listrik sejumlah pabrik di kawasan PT.OSS mengalami peningkatan.

Puluhan tongkang pengangkut batu bara dengan kapasitas 7.000-10.000 ton setiap hari menuju jeti milik perusahaan, diperairan Konawe yang berbatasan dengan Konut.

“Pembongkaran batu bara yang dilakukan menimbulkan debu dengan volume yang tidak sedikit,”kata Ruslin.

Yang dikhawatirkan, bila angin laut berhembus, debu batu bara terbawa memasuki pemukiman warga. Kondisi ini memberikan ancaman kesehatan bagi masyarakat akibat debu batu bara.

“Komponen utama debu batu bara adalah senyawa silika. Bila dihirup dalam jangka waktu lama berakibat fatal pada pernapasan yang berujung pada kematian. Kami juga memerlukan udara segar untuk sekadar bernafas, bukan kepulan debu mematikan,”kritik Ruslin.(cr2)

Komentar